Resensi Kembar Dizigot

Posting Komentar
  • Judul : Kembar Dizigot
  • Penulis : Netty Virgiantini
  • Penyunting : Wienny Siska
  • Desain Sampul : Chyntia Yanetha
  • Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
  • Cetakan : Ke-1, Maret 2015
  • Tebal : 200 hlm.
  • Rating : 3.5/5
  • Genre : Teenlit, Romance
  • Tersedia di bukabuku.com
Nadhira stres berat ketika pergelangan tangan kanannya cedera akibat ulah Kemal, si Onta Padang Pasir! Ke mana-mana ia harus menggendong tangannya yang dibalut slab gips. Apa-apa pun harus dibantu. Yang lebih menyakitkan, Ayah melarangnya pacaran dengan Narotama, dan kesempatan itu justru dimanfaatkan oleh kembarannya, Bashira, untuk mendekati cowok yang sama-sama mereka sukai itu. Nggak fair! Dasar saudara kembar pengkhianat! Mentang-mentang Bashira lebih cantik dan lebih pintar, ya?

Ketika tangannya sembuh, Nadhira semakin galau mendapati kenyataan ia tak bisa menggambar seperti dulu lagi. Arggh… ternyata begini risikonya jatuh cinta, cemburu, patah tangan sekaligus patah hati kuadrat. Sakitnya nggak cuma di sini—menunjuk dada—tapi di mana-mana.

Untung ada anak-anak “Pintu Belakang” yang terus menyemangati Nadhira berlatih. Hingga akhirnya ia punya kesempatan membalas dendam lewat ilustrasi di majalah sekolah. Ia bertekad membuat Bashira dan Narotama bertekuk lutut!

Apakah masalah cinta selalu membuat orang yang terlibat di dalamnya menjadi tidak berdaya dan menyerahkan diri pada rasa putus asa? (hlm. 53)
Pengeroyokan yang dilakukan Kemal dan genk-nya terhadap Raven, membuat tangan kanan Nadhira patah karena berusaha melindungi Raven. Selama enam minggu, Dhira harus tersiksa dengan keadaan bahwa ia tak lagi bisa menjadi sosok yang mandiri karena tangannya yang di gips. Terlebih dengan kenyataan bahwa ia harus berpisah dengan Tama karena kejadian tersebut, membuatnya semakin sedih dan sering uring-uringan.
Ada perasaan tidak nyaman ketika harus bergatung kepada orang lain seperti ini. Meskipun mereka orang-orang terdekatku. Rasa tidak nyaman itu seringkali berubah menjadi rasa tidak berdaya dan tidak berguna, kemudian batinku merana. (hlm. 18)
Sayangnya Dhira tak bisa membagi masalahnya tersebut dengan Raven maupun anak-anak "pintu belakang". Bukan karena ia tidak mempercayai mereka, ia hanya ingin menyimpan masalah tersebut sendirian. Ia hanya tidak ingin semakin menyusahkan teman-temannya yang selama ini telah banyak membantunya.

Kemal yang selama ini sering mengolok-olok Raven, sebenarnya cemburu dengan kedekatan yang terjadi antara Dhira dan Raven. Karenanya, ia sangat menyesal ketika perbuatan yang ia lakukan membuat Nadhira sakit. Berulangkali Kemal meminta maaf, namun hal itu justru semakin membuat Dhira marah kepadanya. Apalagi segala sumber kemalangan yang dialami Dhira belakangan ini berasal dari Kemal. Dhira tak bisa begitu saja memaafkannya.
Sebuah keyakinan yang besar tidak menjamin semua berjalan sesuai khayalan dan impian. Kadang malah sebaliknya. (hlm. 26)
Setelah gips berhasil dilepas, ternyata tangan Dhira tak bisa menggambar seluwes dulu. Kenyataan tersebut membuat Dhira makin kesal. Terlebih dengan kedekatan yang semakin intens antara Shira dan Tama belakangan ini membuat Dhira makin sering marah. Apakah dengan mudahnya Tama berpindah hati ke saudara kembarnya tersebut?

Untunglah ada Bu Sharma—guru BP Dhira—yang bisa membuat pikiran Dhira lebih terbuka setelah sesi curhat yang mereka lakukan. Kini, ketika kepalanya lebih dingin Dhira bisa lebih baik melihat kepribadian Kemal, Tama dan Shira yang sebenarnya.

Lalu, bisakah Dhira memaafkan mereka? Dan siapakah yang pada akhirnya akan Dhira pilih antara Kemal dan Tama? Karena jika mengenal Kemal lebih dekat, ia sebenarnya orang yang baik. Hanya saja keluarganya yang berantakan membuat Kemal jadi cowok yang terkesan brengsek dan bad boy.
"Cinta remaja memang kadang lebih rumit daripada cinta dewasa, Dhi. Maksudnya, karena remaja biasanya baru pertama merasakan jatuh cinta, masih menggebu-gebu. Yah, namanya darah muda, pengennya semua diterjang saja. Secara emosi kalian masih labil, karena itu harus hati-hati menyikapinya. Jatuh cinta nggak salah, itu wajar dirasakan setiap orang yang pernah mengalami masa remaja. Bedanya, ada yang berani mengungkapkan Dan da yang menyimpannya diam-diam...." (hlm. 95)




***

Bisa dibilang Kembar Dizigot adalah cerita pamungkas dari Lho, Kembar Kok Beda?. Semua konflik yang terkesan mengambang di akhir novel sebelumnya, diselesaikan di novel ini. Sayangnya, aku merasa Kembar Dizigot ini ceritanya tidak seistimewa pendahulunya. Mungkin karena kurangnya interaksi antara Dhira dan Tama membuat bumbu ceritanya berkurang. Hihi.

Sama seperti sebelumnya, di sini Kak Netty juga menggunakan sudut pandang orang pertama dalam menceritakan kisah Nadhira. Di sini para pembaca akan diajak menyelami lebih dalam lagi bagaimana perasaan masing-masing karakter melalui sudut pandang Nadhira.

Jika di novel sebelumnya Dhira menjadi karakter yang mandiri dan kuat, di sini ia yang sedang berada dalam titik terendahnya selama 17 tahun terakhir hidupnya membuat Dhira seringkali terlihat lemah, murung atau justru uring-uringan terhadap orang di sekitarnya. Tapi mengingat usianya yang masih remaja, wajar saja jika terkadang emosinya masih labil. Untungnya ada Bu Sharma yang mampu memberikan solusi atas masalah-masalah Dhira dengan bijak. Sehingga membuat Dhira bisa kembali menjadi sosok gadis yang kuat dan ceria seperti dulu. Dhira bahkan bisa lebih bijak menyikapi orang-orang yang sebelumnya membuat ia uring-uringan.

Selain membuat karakter Dhira yang menjadi lebih dewasa, di sini Kak Netty juga membuat karakter-karakter yang di novel sebelumnya hanya sebagai karakter numpang lewat menjadi lebih berperan di sini. Meskipun porsi mereka tidak terlalu banyak, tapi mereka telah berperan cukup besar dalam proses pendewasaan Dhira.

Adegan favoritku adalah ketika Dhira dan Shira akhirnya berdamai dan saling terbuka. Adegan tersebut membuatku tersentuh jika mengingat kerenggangan persaudaraan yang terjadi di antara mereka adalah kesalahan orang tua yang sering membanding-bandingkan mereka tanpa sengaja. Mungkin maksud Ayah mereka agar Dhira terpacu untuk mengejar Shira. Tapi meskipun kembar, belum tentu juga kemampuan mereka sama.

Overall, yang sudah membaca Lho, Kembar Kok Beda? tentu wajib banget membaca Kembar Dizigot ini. Selain karena segala konflik di novel sebelumnya terselesaikan di sini, banyak hikmah yang bisa diambil dari kisah Dhira dan orang-orang di sekitarnya.

Related Posts

Posting Komentar